Sebelum membahas tentang jenis-jenis
minyak pelumas, tentunya kita lebih dulu perlu memahami dan mengenal
karakter dan kerja pelumas mesin. Bayangkan ketika kita memiliki mobil
atau motor di rumah, seharusnya kita sudah bisa kenali keperluannya
untuk apa.
Jika kita punya motor balap, tentunya
motor akan dipakai untuk bekerja extra keras dari pada motor harian.
Yang dimaksud dengan karakter mesin, yaitu sifat kerja dari pada mesin
tersebut, apakah mesin motor buat dipakai balapan, touring atau
aktifitas harian.
MEMAHAMI KARAKTER & KERJA MINYAK PELUMAS
Dari berbagai sumber, disebutkan bahwa
minyak pelumas sangat diperlukan sebagai pelindung benda logam pada
mesin. Oleh karena itu minyak pelumas memiliki peranan penting.
Ketahanan dan kekuatan mesin tersebut bisa diukur dari bagaimana kita
mengenal dan memperlakukannya.
Makin sering kita bawa kendaraan R2 atau
R4 dengan kebut-kebutan, atau juga dibawa dengan putaran mesin tinggi,
maka mesin akan memiliki resiko lebih cepat haus. Ibarat seorang
manusia, dibawa lari kencang, pastinya ia bakal kehausan dan jantung pun
berdetak dengan kencang.
Pelumas atau oli selayaknya sudah
seperti “darah” yang harus mengalir didalam mesin. Maka sangat penting
minyak pelumas di tuang ke dalam mesin agar ia mampu membersihkan
seluruh permukaan dinding silinder terhadap oksida-oksida, karbon, dan
kerak-kerak hasil pembakaran sehingga membawa kotoran-kotoran yang ada
di dalamnya. Jadi, kualitas minyak pelumas juga bisa menyatakan
kemampuannya untuk membersihkan mesin.
Beberapa pelumas sudah memiliki formula khusus yang aktif mengunci partikel carbon agar tidak terjadi penumpukan. Formula ini berupa aditif yang terkandung dalam pelumas.
Aditif diperlukan karena minyak dasar
(base oil) penyulingan dari minyak mentah, tidak bisa langsung dipakai
sebagai pelumas, dan harus ditambah aditif. Aditif sendiri mengandung
larutan pembersih kotoran pada logam. Bahan pembersih itu antara lain
adalah detergen yang berfungsi membersihkan kotoran jelaga hasil
oksidasi karbonisasi pembakaran.
Mekanisme kerja detergen, deposit yang
terlarut dalam pelumas, diikat membentuk partikel yang tidak dapat
bercampur bersama larutan pelumas dan disaring oleh penyaring pelumas
(filter oil). Untuk itu disarankan melakukan penggantian filter oil
secara rutin. Bahan pembersih pelumas (detergent) biasanya menggunakan
bahan kimia Sulfonat (Ba. Ca). Phossphat, dan lainnya.
Untuk memastikan sistem aditif detergen pelumas bekerja dengan baik, dapat dilihat pada saat mengganti minyak pelumas.
Bila pelumas tidak mengandung aditif
ditergen, tanda-tandanya berwarna cerah atau agak cerah. Kemudian ada
jelaga tebal pada saat klep mesin dibuka. Selain itu, deposit karbon
mengeras pada alur ring piston dan sekitarnya.
Jika pelumas berwarna agak gelap, gelap,
bahkan kotor, berarti sistem aditif detergen pada pelumas bekerja baik.
Warna itu menunjukkan banyaknya kotoran deposit berwarna hitam yang
terbawa atau larut pada pelumas. Bisa pula dilihat dari alur ring piston
dan sekitarnya yang nampak bersih.
Terkadang sering juga ditemui pelumas
yang baru dibeli cepat kotor atau warnanya menghitam. Meskipun minyak
pelumas menjadi kotor dengan cepat, tetapi minyak pelumas masih dapat
dipergunakan asalkan kekentalannya tidak banyak berubah.
Namun demikian, apabila di dalam minyak
yang kotor terdapat butiran-butiran halus yang mengkilap, maka minyak
pelumas harus cepat diganti. Hal tersebut menunjukkan adanya serbuk
logam yang terjadi karena adanya keausan dari bantalan-bantalan, dinding
silinder serta bagian-bagian mesin lainnya. Apabila minyak pelumas
tersebut masih dipakai juga, dikhawatirkan akan terjadi kerusakan yang
lebih berat.
Khusus pada mesin baru atau komponen
mesin yang diganti baru seperti dinding silinder, torak, atau bantalan,
umumnya akan muncul serbuk-serbuk logam. Ini merupakan gejala normal
karena pelumas melakukan adaptasi daengan komponen yang baru tersebut.
Hal inilah yang menyebabkan mengapa penggantian minyak pelumas dalam
tahap-tahap awal harus dilakukan dalam waktu yang lebih singkat.
MEMAHAMI JENIS- JENIS MINYAK PELUMAS
Jika kita sudah paham dengan karakter
dan kerja minya pelumas atau sering disebut dengan oli, maka marilah
kita kenali dan pahami jenis-jenisnya yang sudah banyak beredar
dipasaran.
Pada dasarnya minyak
pelumas mesin atau yang lebih dikenal dengan nama oli mesin memang
banyak ragam dan macamnya. Bergantung jenis penggunaan mesin itu sendiri
yang membutuhkan oli yang tepat untuk menambah atau mengawetkan usia
pakai (life time) mesin.
Namun hal yang
terpeting bahawa semua jenis oli pada dasarnya adalah sama. Yakni
sebagai bahan pelumas agar mesin berjalan mulus dan bebas gangguan.
Sekaligus berfungsi sebagai pendingin dan penyekat. Oli mengandung
lapisan-lapisan halus, berfungsi mencegah terjadinya benturan antar
logam dengan logam komponen mesin seminimal mungkin, mencegah goresan
atau keausan.
Untuk beberapa keperluan tertentu,
aplikasi khusus pada fungsi tertentu, oli dituntut memiliki sejumlah
fungsi-fungsi tambahan. Mesin diesel misalnya, secara normal beroperasi
pada kecepatan rendah tetapi memiliki temperatur yang lebih tinggi
dibandingkan dengan mesin bensin. Mesin diesel juga memiliki kondisi
kondusif yang lebih besar yang dapat menimbulkan oksidasi oli,
penumpukan deposit dan perkaratan logam-logam bearing.
JENIS-JENIS PELUMAS
Dipasaran sudah banyak beredar dijual
aneka ragam minyak pelumas. Dalam bahasa sehari-sehari, minyak pelumas
disebut dengan oli. Apa saja sih jenis-jenis oli atau tipe saja yang ada
dipasaran?
Oli Mineral
Oli mineral berbahan bakar oli dasar
(base oil) yang diambil dari minyak bumi yang telah diolah dan
disempurnakan. Beberapa pakar mesin memberikan saran agar jika telah
biasa menggunakan oli mineral selama bertahun-tahun maka jangan langsung
menggantinya dengan oli sintetis dikarenakan oli sintetis umumnya
mengikis deposit (sisa) yang ditinggalkan oli mineral sehingga deposit
tadi terangkat dari tempatnya dan mengalir ke celah-celah mesin sehingga
mengganggu pemakaian mesin.
Oli Sintetis
Oli Sintetis biasanya terdiri atas
Polyalphaolifins yang datang dari bagian terbersih dari pemilahan dari
oli mineral, yakni gas. Senyawa ini kemudian dicampur dengan oli
mineral. Inilah mengapa oli sintetis bisa dicampur dengan oli mineral
dan sebaliknya. Basis yang paling stabil adalah polyol-ester (bukan
bahan baju polyester), yang paling sedikit bereaksi bila dicampur dengan
bahan lain.
Oli sintetis cenderung tidak mengandung
bahan karbon reaktif, senyawa yang sangat tidak bagus untuk oli karena
cenderung bergabung dengan oksigen sehingga menghasilkan acid (asam).
Pada dasarnya, oli sintetis didesain untuk menghasilkan kinerja yang
lebih efektif dibandingkan dengan oli mineral.
Kekentalan (Viskositas)
Kekentalan merupakan salah satu unsur
kandungan oli paling rawan karena berkaitan dengan ketebalan oli atau
seberapa besar resistensinya untuk mengalir. Kekentalan oli langsung
berkaitan dengan sejauh mana oli berfungsi sebagai pelumas sekaligus
pelindung benturan antar permukaan logam.
Oli harus mengalir ketika suhu mesin
atau temperatur ambient. Mengalir secara cukup agar terjamin pasokannya
ke komponen-komponen yang bergerak. Semakin kental oli, maka lapisan
yang ditimbulkan menjadi lebih kental. Lapisan halus pada oli kental
memberi kemampuan ekstra menyapu atau membersihkan permukaan logam yang
terlumasi. Sebaliknya oli yang terlalu tebal akan memberi resitensi
berlebih mengalirkan oli pada temperatur rendah sehingga mengganggu
jalannya pelumasan ke komponen yang dibutuhkan.
Untuk
itu, oli harus memiliki kekentalan lebih tepat pada temperatur
tertinggi atau temperatur terendah ketika mesin dioperasikan. Dengan
demikian, oli memiliki grade (derajat) tersendiri yang diatur oleh Society of Automotive Engineers (SAE).
Bila pada kemasan oli tersebut tertera
angka SAE 5W-30 berarti 5W (Winter) menunjukkan pada suhu dingin oli
bekerja pada kekentalan 5 dan pada suhu terpanas akan bekerja pada
kekentalan 30.
Tetapi yang terbaik adalah mengikuti
viskositas sesuai permintaan mesin. Umumnya, mobil sekarang punya
kekentalan lebih rendah dari 5W-30.
Karena mesin belakangan lebih
sophisticated sehingga kerapatan antar komponen makin tipis dan juga
banyak celah-celah kecil yang hanya bisa dilalui oleh oli encer. Tak
baik menggunakan oli kental (20W-50) pada mesin seperti ini karena akan
mengganggu debit aliran oli pada mesin dan butuh semprotan lebih tinggi.
Untuk mesin lebih tua, clearance bearing
lebih besar sehingga mengizinkan pemakaian oli kental untuk menjaga
tekanan oli normal dan menyediakan lapisan film cukup untuk bearing.
Sebagai contoh dibawah ini adalah tipe Viskositas dan ambien temperatur
dalam derajat Celcius yang biasa digunakan sebagai standar oli di
berbagai negara/kawasan.
1. 5W-30 untuk cuaca dingin seperti di Eropa/Amerika Utara
2. 10W-30 untuk iklim sedang seperti dikawasan Asia
3. 15W-30 untuk Cuaca panas seperti dikawasan Tropis
1. 5W-30 untuk cuaca dingin seperti di Eropa/Amerika Utara
2. 10W-30 untuk iklim sedang seperti dikawasan Asia
3. 15W-30 untuk Cuaca panas seperti dikawasan Tropis
Kualitas
Kualitas oli disimbolkan oleh API
(American Petroleum Institute). Simbol terakhir SL mulai diperkenalkan 1
Juli 2001. Walau begitu, simbol makin baru tetap bisa dipakai untuk
katagori sebelumnya. Seperti API SJ baik untuk SH, SG, SF dan
seterusnya. Sebaliknya jika mesin kendaraan menuntut SJ maka tidak bisa
menggunakan tipe SH karena mesin tidak akan mendapatkan proteksi
maksimal sebab oli SH didesain untuk mesin yang lebih lama.
Ada dua tipe API, S (Service) atau bisa
juga (S) diartikan Spark-Plug Ignition (pakai busi) untuk mobil MPV atau
pikap bermesin bensin. C (Commercial) diaplikasikan pada truk Heavy
Duty dan mesin diesel. Contohnya katagori C adalah CF, CF-2, CG-4.
Bila menggunakan mesin diesel pastikan
memakai katagori yang tepat karena oli mesin diesel berbeda dengan oli
mesin bensin karena karakter diesel yang banyak meng- hasilkan
kontaminasi jelaga sisa pembakaran lebih tinggi. Oli jenis ini
memerlukan tambahan aditif dispersant dan detergent untuk menjaga oli
tetap bersih. Sebagai tambahan, bila oli yang digunakan sudah tipe
sintetik maka tidak perlu lagi diberikan bahan aditif lain karena justru
akan mengurangi kireja mesin bahkan merusaknya.
API Service Rating
Untuk rating API service, dapat pula
dirunut dari mesin-mesin keluaran lama. Namun, pada saat ini bisa juga
dirunut dari katagori SF mengingat banyaknya katagori yang akan keluar.
API Mesin Bensin
SM (sampai sekarang): Diperkenalkan pada
2004. Ditujukan untuk semua jenis mesin bensin yang ada pada saat ini.
Oli ini didesain untuk memberikan resistensi oksidasi yang lebih baik,
menjaga temperatur, perlindungan lebih baik terhadap keausan, dan
mengontrol deposit lebih baik.
SL (sampai sekarang): Merupakan katagori
terakhir sampai saat ini. Diperkenalkan pada 1 Juni 2001. Oli ini
didesain untuk menjaga temperatur dan mengontrol deposit lebih baik.
Juga bisa mengkonsumsi oli lebih rendah. Beberapa oli ini juga cocok
dengan spesifikasi terakhir ILSAC sebagai Energy Conserving. Untuk mesin
generasi 2004 atau sebelumnya
- SJ (Current) : Diperkenalkan untuk mesin generasi 2001 atau lebih tua
- SH (Obsolete): Untuk mesin generasi 1996 atau sebelumnya
- SG (Obselete): Untuk mesin generasi 1993 atau sebelumnya
- SF (Obsolete): Untuk mesin generasi 1988 atau sebelumnya
API Mesin Diesel
CJ-4:
Diperkenalkan pada tahun 2006. Untuk
mesin high speed, mesin 4-langkah yang didesain untuk memenuhi memenuhi
standar emisi tahun 2007. Oli dengan kategori API CJ-4 memiliki kriteria
performa lebih baik daripada yang dimiliki oleh oli-oli dengan kategori
API CI-4 dengan CI-4 PLUS, CI-4, CH-4, CG-4 dan CF-4. Oli dengan
kategori API CJ-4 juga mampu secara efektif melumasi mesin-mesin dengan
kategori di bawahnya.
CI-4:
Diperkenalkan sejak 5 September 2002.
Untuk mesin high speed, four stroke engines yang didesain untuk memenuhi
memenuhi standar emisi tahun 2004. Oli CI-4 diformulasikan menjaga
durabilitas mesin dimana gas buangnya disirkulasi ulang. Digunakan untuk
mesin yang meminta kandungan belerang/sulfur 0.5%. Bisa dipakai pada
oli CD, CE, CF-4, CG-4 dan CH-4.
CH-4:
Diperkenalkan sejak 1998. Untuk mesin
high speed, four stroke engines yang didesain untuk memenuhi memenuhi
standar emisi tahun 1998. . Digunakan untuk mesin yang meminta kandungan
belerang/sulfur lebih besar 0.5%. Bisa dipakai pada oli CD, CE, CF-4,
dan CG-4.
CG-4:
Diperkenalkan sejak 1995. Untuk mesin
kinerja sedang, high speed, four stroke engines. Digunakan untuk mesin
yang meminta kandungan belerang/sulfur kurang 0.5%. Cocok untuk standar
emisi 1994 Bisa dipakai pada oli CD, CE, dan CF-4.
CF-4:
Diperkenalkan sejak 1990. Untuk mesin
high speed, four stroke engines, naturally aspirated dan mesin
turbocharger. Bisa dipakai pada oli CD, dan CE.
CF-2:
Diperkenalkan sejak 1994. Untuk mesin kinerja sedang, two stroke engines. Bisa dipakai pada oli CD-II.
CF:
Diperkenalkan sejak 1994. Untuk mesin
off road, indirect injected dan beberapa mesin yang memakai bahan bakar
dengan kandungan belerang/sulfur diatas 0.5%. Bisa mengganti pada oli
CD.
Kontaminasi
Kontaminasi terjadi dengan adanya
benda-benda asing atau partikel pencemar di dalam oli. Terdapat delapan
macam benda pencemar biasa terdapat dalam oli, yaitu:
- Keausan elemen. Ini menunjukkan beberapa elemen biasanya terdiri dari tembaga, besi, chrominium, aluminium, timah, molybdenum, silikon, nikel atau magnesium.
- Kotoran atau jelaga. Kotoran dapat masuk kedalam oli melalui embusan udara lewat sela-sela ring dan melaui sela lapisan oli tipis kemudian merambat menuruni dinding selinder. Jelaga timbul dari bahan bakar yang tidak habis. Kepulan asam hitam dan kotornya filter udara menandai terjadinya jelaga.
- Bahan bakar yang dipergunakan.
- Air. Ini merupakan produk sampingan pembakaran dan biasanya terjadi melalui timbunan gas buang. Air dapat memadat di crankcase ketika temperatur operasional mesin kurang memadai.
- Ethylene gycol (anti beku)
- Produk-produk belerang/asam.
- Produuk-produk oksidasi Mengakibatkan oli bertambah kental. Daya oksidasi meningkat oleh tingginya temperatur udara masuk.
- Produk-produk Nitrasi. Nitrasi nampak pada mesin berbahan bakar gas alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar